Emansipasi, Salah Siapa?

12 comments

“Emansipasi itu kerjaannya orang Barat yang benci agama!”
“Emansipasi itu pasti kerjaannya orang-orang yang sok feminis, yang benci laki-laki dan menikah, yang ujung-ujungnya pada jadi lesbi!”

Jadi sebenarnya, emansipasi itu apa sih?

Emansipasi menurut KBBI adalah pembebasan dari perbudakan, persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria).

Jadi di sini kita samakan konteks pembicaraan kita tentang emansipasi adalah persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat (ya). Mengapa wanita menginginkan emansipasi? Hal ini tidak lain dan tidak bukan bahwa wanita mengalami keterbatasan untuk melakukan sesuatu karena jenis kelaminnya. Seperti, dulu wanita adalah tabu untuk keluar rumah, untuk belajar sekalipun.

Subordinasi terhadap wanita sangat sering dan bahkan sampai sekarang masih banyak dilakukan. Bahkan terkadang bagi wanita, hal tersebut seolah wajar dan merupakan suatu “kodrat”. Betapa banyak kalimat bernada merendahkan perempuan yang sering kita dengar atau bahkan kita ucapkan?

Seperti ketika saya sedang menonton kartun favorit saya di tv, Spongebob. Waktu itu Spongebob sedang melatih Gary untuk memenangkan lomba lari, tapi Gary hanya diam dan malas-malasan. Keluarlah kata-kata bernada sexist dari mulut Spongebob “Aku memanggilmu wanita untuk mengejekmu Gary!” Peggy Carter dari film Captain America yang seorang wanita pun ketika menegur prajuritnya yang malas-malasan dengan sebutan “Hai Girls!”, dan masih banyak lagi film ataupun lirik lagu yang bernada merendahkan wanita. Nope, saya bukannya ingin membesarkan hal-hal kecil. Tapi hal kecil seperti ini lah yang jika kita tidak berani untuk speak up bahwa ini tidak baik, kita tidak akan mencapai suatu kondisi yang lebih baik.


Dari jalur cerita film, bukankah sebagian besar ceritanya hampir sama? Seorang wanita ditangkap, datanglah seorang pria yang akan menyelamatkan, and then the man get the girl. End of story. Dan sangat sedikit film yang menyajikan wanita sebagai tokoh utamanya.

Bukan, saya membahas masalah seperti ini bukan karena saya sebagai wanita juga ingin memiliki semua yang dimiliki laki-laki. Adil bukanlah berarti sama, namun meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya lah yang disebut adil. Wanita dan pria diciptakan dengan karakteristik yang berbeda. Berbeda untuk saling melengkapi dan membantu, bukan untuk saling adu kuat satu sama lain. Pria identik dengan ketegasan, kekuatan otot, kuatnya logika, sedangkan wanita identik dengan emosional, perasaan, dan tingginya empati. Tidak ada yang salah terhadap hal tersebut. Yang salah adalah ketika kita memandang sesuatu yang berhubungan dengan ketegasan, kekuatan dan logika adalah lebih tinggi derajatnya dibanding sesuatu yang berhubungan dengan perasaan dan empati.

Apakah akal wanita dan pria sama? Saya setuju dengan pendapat Plato, yang diajarkan dari Alberto Knox kepada Sophie di buku Dunia Sophie, bahwa akal seorang budak dengan seorang pria adalah sama. Saya disini bukannya ingin menyejajarkan bahwa wanita diibaratkan budak. Bukan. Namun arti dari kalimat tersebut adalah, semua orang memiliki akal yang sama, pemikiran yang sama tajamnya, apabila diberi fasilitas untuk menajamkan pemikirannya.

Baca juga : Violence Against Women, It's Also Men's Issue

So, woman problem bukanlah masalah yang hanya dapat atau selayaknya hanya diperhatikan oleh wanita. Tapi pria selayaknya juga ikut memperhatikan masalah ini. Start from now, ketika lagi ngobrol tentang tubuh cewek aja atau yang bernada sexist, cobalah tidak hanya untuk pura-pura tidak mendengarkan untuk cari aman. Cobalah untuk menghentikan pembicaraan ini “kamu punya ibu yang seorang wanita ataupun saudara wanita yang harus kamu hormati”.

Wanita dan pria adalah manusia, dan sesama manusia saya rasa tidak ada yang memiliki hak apapun untuk saling merendahkan satu sama lain. Mulai dari sekarang, jika ada lirik lagu ataupun yang lain yang bernada merendahkan, yuk lebih baik dikurang-kurangin. Dikurang-kurangin dengerin lagunya, dikurang-kurangin melafalkan liriknya, dan semoga kita lebih aware terhadap sesuatu yang tidak baik.

Image source : pixabay.com

12 komentar:

  1. Hmm. Kalau lagu yang merendahkan tentang perempuan, menurutku lagu Blurred Lines-nya Robin Thicke. Apalagi pas lihat MV-nya. Sedih kesel lihat para model MV yang enteng banget melenggak-melenggok nggak tau malu dan ditatap nakal sama Robin Thicke dkk :(

    Trus kalau film, kalau nggak salah adegan di film Whiplash, sang pelatih galak manggil Bitch atau Ladies atau Girls gitu, aku lupa. Yang jelas dia manggil gitu ke anak-anak bimbingannya buat ngerendahin. Sedih juga kalau dipikir-pikir ya, Jus :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya emang sedih cha, dan memang sebagai tugas kita yang udah ngerti kalau itu enggak baik, ngasih ngerti ke yang belum ngerti :D

      Hapus
  2. Aku mau menarik intisari tulisanmu ini mbak. Jadi maksudmu, meskipun dewasa ini emansipasi wanita sudah didengungkan di mana-mana, akan tetapi sebtulnya wanita masih "ditindas" lewat idiom-idiom. Seperti itu kah?

    BalasHapus
  3. Rada berat, ya. Ehehe.

    Tapi saya kurang setuju sama perempuan yang bilang emansipasi dan (mungkin sok) feminis ini. Kadang ada yang minta tempat duduk kepada lelaki ketika naik bus atau kereta yang penuh. Kalo perempuan itu sehat-sehat saja, tidak sedang hamil, atau belum renta, kenapa dia merasa lebih lemah? Lalu, dengan santainya ngatain laki-laki yang tidak memberi tempat duduk itu, "Banci!". Muahaha. Saya melihat langsung kejadian itu karena kebetulan perempuan ini berdiri di sebelah saya.

    Terus juga soal ladies parking, buat apa? Katanya kesetaraan? Nuhun. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoga... pertanyaanmu, dan gaya kamu bertanya... membuatku terlihat seperti lagi sesi tanya jawab mamah dedeh..haha

      hmm.. tapi yang (mungkin sok) feminis bukan yang minta tempat duduk kepada laki2 di bus atau kereta kan?
      jadi menurutku ini kesalahan sesuatu yg sudah menjadi sistem yog. Wanita dianggap lemah, jadi persoalan yang "berat-berat" biar laki2 yang nanggung, dan wanita tidak diijinkan melakukannya (kata berat saya kasih tanda kutip ya). Kemudian entah bagaimana itu terkadang seperti menstimulasi wanita untuk tidak mencoba berusaha lebih keras, push them self seperti kurang. ya seperti itu.
      semoga jawaban saya bs bikin yoga mudeng ya, atau kalau belum, kita bisa bertukar email loh yog, atau chat. *ups haha

      Hapus
  4. kalau mau jujur, apakah memang sebegitunya wanita menginginkan emansipasi? apakah sebegitunya wanita ingin berkarir, ikut mendapat porsi lebih, ingin bisa melakukan banyak hal yang jamak dilakukan laki-laki? atau malah sebaliknya, wanita itu sebenarnya lebih bersahaja, tidak muluk-muluk seperti yang ramai didengungkan orang-orang?
    (kebetulan, saya bukan wanita, jadi kurang paham apa sebenarnya yang paling diinginkan wanita dalam hidupnya).

    BalasHapus
    Balasan
    1. kakak Hatake Niwa di manapun anda berada. Di baca lagi dong kak, tulisan saya di atas.
      nih saya copy kan ya, intinya adalah seperti ini
      Bukan, saya membahas masalah seperti ini bukan karena saya sebagai wanita juga ingin memiliki semua yang dimiliki laki-laki. Adil bukanlah berarti sama, namun meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya lah yang disebut adil. Wanita dan pria diciptakan dengan karakteristik yang berbeda. Berbeda untuk saling melengkapi dan membantu, bukan untuk saling adu kuat satu sama lain. Pria identik dengan ketegasan, kekuatan otot, kuatnya logika, sedangkan wanita identik dengan emosional, perasaan, dan tingginya empati. Tidak ada yang salah terhadap hal tersebut. Yang salah adalah ketika kita memandang sesuatu yang berhubungan dengan ketegasan, kekuatan dan logika adalah lebih tinggi derajatnya dibanding sesuatu yang berhubungan dengan perasaan dan empati.

      dan sekarang, coba kakak lebih peka, betapa kita sering sekali mendengar kata-kata yang sexist yang isinya merendahkan salah satu dari jenis kelamin yang ada.

      Hapus
  5. Aih menuntut kesetaraan toh dari asalnya juga dibedain. Dibedain dalam arti kata hal-hal tertentu gak semuanya bisa dilakukan sm perempuan. Yang pwnting kita tidak di tindas oleh pria. Selama kita mampu, ya kita bisa lakukan. Tapi kalau yang gak bisa, ya kita minta orang laki untuk berbuat.
    Kodrat wanita dan pria itu beda, dari fisik aja udh ketauan kalau pria itu lbh kuat dr wanita. Dr segi hartapun begitu, warisan lebih banyak utk lelaki drpd pria yg mana sudah diatur dalam Al-quran.
    Masalah pekerjaan berat, contohnya saja mengangkat galon atau barang2 yang berat itu ya, wanita gak melulu mampu. Contohnya saya aja nih, ngangkat galon atau gas elpiji 3kg terus2n malah yang ada saya "turun bero" hahaha intinya porsi wanita dan pria itu berbeda dan jangan menuntut persamaan yang berlebih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya jadi begitu kak :)
      saya copykan lagi tulisan di atas yaa, yg intinya mungkin dapat menjawab dari komentar kakak

      " Bukan, saya membahas masalah seperti ini bukan karena saya sebagai wanita juga ingin memiliki semua yang dimiliki laki-laki. Adil bukanlah berarti sama, namun meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya lah yang disebut adil. Wanita dan pria diciptakan dengan karakteristik yang berbeda. Berbeda untuk saling melengkapi dan membantu, bukan untuk saling adu kuat satu sama lain. Pria identik dengan ketegasan, kekuatan otot, kuatnya logika, sedangkan wanita identik dengan emosional, perasaan, dan tingginya empati. Tidak ada yang salah terhadap hal tersebut. Yang salah adalah ketika kita memandang sesuatu yang berhubungan dengan ketegasan, kekuatan dan logika adalah lebih tinggi derajatnya dibanding sesuatu yang berhubungan dengan perasaan dan empati. "

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus