Tampilkan postingan dengan label TV Series. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TV Series. Tampilkan semua postingan

Review TV Series Netflix: You (2018)

5 comments
Review Series: You (2018) Netflix  via Bustle.com

Hai halo semua, kali ini saya akan membahas sebuah series yang sebenarnya telah tayang pada tahun 2018 di Netflix, berjudul You. Diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Caroline Kepnes, kini You hadir menjadi sebuah series sepanjang 10 episode dalam satu season.

Meski bergenre pychological thriller, series ini nyatanya tetap akrab dengan kehidupan sehari-hari kita. Berkisah tentang perjalanan dan perjuangan seorang manager toko buku, Joe Goldberg (Penn Badgley) untuk mendapatkan cinta Beck (Elizabeth Lail), salah satu pengunjung toko bukunya. Di awal cerita, kita diperlihatkan monolog tokoh Joe Goldberg, mempertanyakan sosok Beck. Mulai dari apa buku pilihan Beck hingga asumsi pribadinya mengenai kepribadian Beck lewat buku pilihannya, berlanjut ke pikiran-pikiran nakal yang akhirnya berhasil ia tutupi dengan kalimat manis bak manager toko buku teladan, "Hey can i help you find something?".

Joe Goldberg, manager sebuah toko buku yang menyukai wanita bernama Beck yang jadi pelanggan tokonya, via cnn.com
Tak hanya itu saja, ternyata Joe Goldberg yang seorang kutu buku ini mampu menyusun kata-kata manis, serta memancing Beck untuk berdiskusi seputar buku dan kepribadian pengunjung lain saat membeli buku di tokonya. By the way, saat melihat tingkah Joe dan Beck ini saya jadi teringat beberapa orang pernah menjadikan bahan lelucon orang-orang yang suka membaca novel bergenre romance, teenlit dan tentunya novel karangan Tere Liye. Nah, sedangkan Joe dan Beck menganggap orang yang suka dan membeli novel karangan Dan Brown adalah seperti sebuah lelucon dan aib yang memalukan. Ups. 

Siapa sangka lewat percakapan kecil ini ternyata telah menimbulkan obsesi dalam diri Joe Goldberg kepada Beck. Beck yang seorang mahasiswi sekaligus penulis ini tentu tersentuh dengan sikap Joe Goldberg, hingga membuatnya rela menyodorkan kartu kredit untuk pembayaran bukunya kali ini. Tentu saja hal ini menjadi kunci penting, karena Joe Goldberg akhirnya mendapatkan nama lengkap dari Beck. 

Awalnya sih nggak mau ngaku, eh tetep ya kepo juga abis dapet nama lengkapnya Beck, via imdb.com

Di zaman digital seperti ini mendapatkan nama lengkap seseorang sepertinya menjadi sebuah harta karun, apalagi nama seorang wanita cantik seperti Beck. Dunia maya tampaknya juga menjadi ladang harta karun bagi seorang Joe Goldberg yang sedang dimabuk cinta pada pandangan pertama. Hanya dengan nama, apapun yang dilakukan Beck, di mana tempat tinggalnya, siapa teman-temannya, termasuk identitas kekasihnya bagaikan informasi yang diberikan Beck secara cuma-cuma untuk semua orang di dunia, termasuk untuk Joe Goldberg. 

Media sosial yang nggak dikunci jadi sumber informasi berharga buat orang-orang kaya Joe Goldberg

Berawal dari rasa cinta pada pandangan pertama yang berubah menjadi obsesi, ternyata Joe Goldberg juga memiliki kasih sayang pada Beck yang diwujudkan dengan melindunginya dari apapun yang akan mencelakakan Beck, dengan cara apapun yang menurut saya cenderung berlebihan. Termasuk melindungi Beck dari lingkungan pertemanan yang toxic dan hanya memamerkan keakraban di media sosial, seperti melakukan kegiatan instagramable night, serta dari perilaku kekasihnya yang munafik. 

Walau lagi bokek dan kere, makan-makan di tempat hits dan beli kado mahal buat teman demi konten instagram tetap jadi jalan ninja Beck, via imdb.com

Menonton series ini jujur saja membuat saya ngeri tapi gemes. Ngeri sama Joe Goldberg sekaligus gemes. Siapa yang tidak ngeri kalau ternyata apapun informasi yang kita share di internet ditambang oleh orang yang terobsesi dengan kita. Nggak hanya itu, saya juga gemes sama tokoh Beck di series You ini. Yup, Elizabeth Lail menurut saya sukses memerankan sosok Beck yang rapuh, butuh perhatian serta ingin dilihat banyak orang, tapi rumit dan susah untuk dimengerti. Mungkin seperti cewek yang mau bilang kangen tapi harus muter-muter dulu kode ini itu ke pasangannya, eh giliran nggak diperhatiin karena terlalu muter-muter malah jadi baper. Mwehehek.

Lalu, apakah Joe Goldberg berhasil mendapatkan Beck? Apakah Beck sadar bahwa selama ini ada yang membuntutinya? Apa hanya Joe saja yang diam-diam memata-matainya, mengingat kepribadian Beck adalah seorang yang rapuh dan selalu berhasil menyedot orang-orang untuk terlibat mengatur kehidupannya? 

Beck yang selalu bisa menarik perhatian sekaligus menyedot orang-orang untuk mengatur hidupnya, via imdb.com

Well, selain memiiki jalan cerita yang menarik, dan terasa mencekam, series ini juga saya rekomendasikan buat kamu yang masih suka share hal-hal pribadi di internet. Ya, karena bisa saja ada orang yang terobsesi dengan diri kita. Siapa tahu? Oiya, di series ini saya juga mendapatkan beberapa rekomendasi novel yang sepertinya menarik untuk dibaca. 

Selamat menonton! (*)

Inilah Ending Game of Thrones Season 8 yang Sukses Bikin Penggemarnya Benci dan Kecewa

1 comment
Inilah Ending Game of Thrones Season 8 yang Sukses Bikin Penggemarnya Benci dan Kecewa 

Sebagai seorang penggemar Game of Thrones karbitan (ya, saya menyelesaikan season 1-7 series Game of Thrones tahun 2017 lalu), kehadiran season 8 merupakan hal yang sangat ditunggu di tahun 2019 ini. Season 8 yang juga menjadi season final dari Game of Thrones ini tentu membuat banyak penggemarnya berharap agar endingnya paling nggak sesuai dengan harapan dan gambaran yang mereka pikir. Nggak cuma itu saja, banyak juga youtuber yang telah memprediksi hal-hal yang akan terjadi di season 8 ini, berdasarkan apa yang telah terjadi dari season 1-7, dan dari novelnya sendiri (yang belum tamat). Hei, dan Game of Thrones season 8 ini tayang hampir bersamaan dengan Avengers: Endgame tayang di bioskop. So, rame banget nggak sih bulan April 2019 lalu? 

Yak, season 8 Game of Thrones ini dimulai dengan episode 1 yang menjadi semacam reuni. Arya, Sansa dan Brandon Stark yang sudah kembali di Winterfell menyambut rombongan pasukan Dragon Queen, Daenerys Targaryen. Adegan ini sebetulnya mirip dengan season 1 episode 1, di mana penduduk Winterfell menyambut raja dan ratu mereka saat itu, yaitu Robert Baratheon dan Cersei Lannister. Bedanya, saat Daenerys Targeryen dan pasukan datang, penduduk Winterfell nggak begitu menyambut kedatangan mereka dengan hangat, dan tentu saja membuat Daenerys bete abis. Apalagi si Dragon Queen ini sekaligus memamerkan kedua naganya, Drogon dan Rhaegal (1 naganya yang bernama Viserion udah tewas, dan sekarang jadi pasukannya Night King). 

Reuni Arya Stark dan Jon Snow via Den of Geek
Sebenarnya tujuan dari Daenerys Targaryen ke Winterfell ini bukan (secara langsung) untuk menduduki wilayah ini, tapi karena diminta tolong oleh kekasihnya, Jon Snow. Ya, Jon Snow minta tolong pasukannya Daenerys Targaryen untuk membantu mengalahkan Night King, serta mengizinkan Jon Snow untuk menambang Dragon Glass (untuk dijadikan senjata mengalahkan White Walker dan Night King)yang ada di Dragonstone, markasnya Daenerys, yang dulu merupakan markasnya Stannis Baratheon.

Selanjutnya, saya akan membahas beberapa hal yang bikin penggemar Game of Thrones fanatik dan karbitan macam saya ini agak sebel dengan season 8 ini. Eits, kalau belum nonton, kamu boleh stop di sini karena isinya spoiler banget.

1. Arya Stark membunuh atau mengalahkan Night King 

Arya Stark membunuh atau mengalahkan Night King via Denofgeek.com
Oke jadi gini, menurut sumber yang saya lansir, dari channel Youtube Alt Shift X, mereka menjelaskan bahwa ada tujuan tersendiri mengapa Jon Snow yang telah tewas dibunuh teman-temannya Night Watch bisa hidup lagi. Hal ini karena adanya prophecy, ramalan dan sebagainya, bahwa secara tersirat yang bisa mengalahkan Night King adalah Jon Snow. Karena Jon Snow adalah wujud A Song of Ice and Fire. Ice karena ibunya adalah Lyanna Stark, dan Fire karena ayahnya adalah Rhaegar Targaryen (kakaknya Daenerys Targaryen). Jadi cerita pengorbanan Rhaegar dan Lyanna biar punya anak perpaduan Targaryen dan Stark biar bisa mengalahkan Night King akan terasa nggak masuk akal dan sia-sia banget, karena ternyata yang bunuh Night King adalah Arya Stark. Kalau Lyanna tahu dari dulu sih, kayaknya mending dia nikah sama Robert Baratheon aja deh hihihi.

2. Pengembangan karakter yang kurang
Kalau diperhatikan, sepertinya season 8 dari Game of Thrones ini memang berjalan cukup cepat, dan salah satu efeknya yaitu beberapa perubahan karakter terlihat secara tiba-tiba. Contohnya pada Daenerys Targaryen. Sejak season 1 sampai season 7, Daenerys Targaryen ini digambarkan sebagai seorang yang cukup unggul untuk mendapatkan tahta atau iron throne. Daenerys bener-bener mulai dari nol, dia nggak punya apa-apa, bahkan dijual kakaknya untuk dinikahkan kepada Khal Drogo. Abis itu Khal Drogo meninggal, dia nggak punya apa-apa lagi, selain beberapa orang yang masih percaya sama dia dan 3 naganya. Pasukan Dothraki juga ninggalin dia. Hingga suatu saat dia mulai meraih beberapa pencapaian, seperti memiliki pasukan Unsullied, dan punya sahabat sekaligus penasehatnya, Missandei. Di season 8 ini, Daeneryes Targaryen melihat dengan mata kepalanya sendiri sahabatnya, Missandei dibunuh dengan dipenggal kepalanya. 

Daeneryes Targeryen setelah melihat sahabatnya, Missandei dibunuh di depan matanya sendiri
Tentu hal ini sangat mengejutkan Daenerys, karena dirinya nggak punya siapa-siapa lagi yang percaya dengan dirinya, kecuali Grey Worm dan pasukan Unsullied. Daeneryes sebetulnya memang menampakkan dirinya kalah, cuma mungkin kurang diperlihatkan saja ya. Terlihat dari penampilannya setelah itu, rambutnya yang biasa dikepang sekarang beberapa kepangannya telah terurai dan kusut, nggak mau makan, dan sebagainya. Ya, pantas saja kalau Daeneryes akhirnya jadi Mad Queen, orang dia nggak punya siapa-siapa lagi. Karena Jon Snow yang dia percaya untuk tidak mengatakan apapun tentang hubungan keluarga mereka, malah cerita ke Arya, Sansa dan kemudian menyebar ke Lord Varys. 

"Pokoknya aku nggak mau makan, kalau nggak ditemeni Missandei"
Nah, mungkin karena perubahan yang secara tiba-tiba ini bagi beberapa orang mungkin menilai, bahwa Daenerys ini emang kaya bapaknya lah. Anak nggak jauh beda dari bapak. Bapaknya Mad King anaknya Mad Queen, yang penting nggak pakai semaqueen yaqueen aja. Padahal ya, karena kita nggak diperlihatkan atau diingatkan saja tentang kekalahan dan kehilangan yang telah dialami Daenerys.

3. Cersei dan Jaime Lannister tewas 

Cersei Lannister dan Jaime Lannister tewas
Oke, kita pasti udah sebel banget dengan si kembar Cersei Lannister dan Jaime Lannister ini. Saking nyebelinnya, banyak orang mengharapkan mereka akan mendapatkan hukuman atau kematian yang tragis dari perbuatan yang telah mereka perbuat. Tapi, di season 8 ini ternyata penggemar nggak puas atas kematian mereka berdua, yang hanya mati karena tertimbun reruntuhan bangunan saat Daenerys membakar seluruh Kings Landing.

4. Brandon Stark jadi raja 

Brandon Stark dipilih menjadi raja
Oke, saya nggak keberatan sih sebenarnya Brandon Stark jadi raja. Hal yang membuat saya agak sebel sama Brandon Stark karena, waktu Brandon Stark ditawari jadi raja, jawabannya gini, “Why do you think I came all this way?”. Hal ini bikin saya emosi, hei Bambang! eh Brandon maksudnya, kalau kamu udah ngerti jalan ceritanya, bisa nggak sih ikut usul waktu nyusun strategi perang? Kenapa malah diem, terus pas dijagain Theon malah pake mode Warg gitu. Saya jadi curiga, jangan-jangan dia lagi nyusup ke bioskop buat nonton Avengers: Endgame.

Nah itu tadi menurut saya , ending dari Game of Thrones season 8 yang bikin saya sebel dan benci, meski begitu, saya tetap menyukai series Game of Thrones ini. Kalau menurut kamu, adegan apa yang bikin kamu kecewa di season 8 Game of Thrones ini? Bisa tulis di komentar ya!

Review TV Series Netflix: Stranger Things Season 3 (2019)

1 comment
Review Series Netflix: Stranger Things Season 3 (2019) via Netflix
Hai semua, kali ini saya akan membahas salah satu series yang tayang di Netflix yang juga lagi rame diomongin hehe. Ya, hal ini karena saya nggak mau ketinggalan nonton lagi huhu, soalnya saya sudah ketinggalan season 1 dan 2 sehingga baru bisa menonton tahun lalu. Yosh, kita mulai saja!

Series Stranger Things Season 3 kali ini masih menyuguhkan cerita yang hampir mirip dengan season sebelumnya. Di awal cerita, diperlihatkan banyak perubahan yang terjadi pada karakter-karakter di Stranger Things Season 3 ini, seperti Steve Harrington (Joe Keery) yang mulai bekerja di kedai es krim bersama temannya, Robin (Maya Hawke). Kemudian Nancy Wheeler (Natalia Dyer) serta kekasihnya, Jonathan Byers (Charlie Heathon) yang mulai magang di sebuah kantor media setempat, The Hawkin Post. Kakak laki-laki Max (Sadie Sink), Billy (Dacre Montgomery) juga terlihat bekerja menjadi seorang penjaga kolam renang yang berhasil memikat banyak wanita, termasuk ibunya Nancy hahaha.

Billy yang bikin cewek sampai ibu-ibu meleleh, via imdb.com
Nggak cuma itu, Eleven (Millie Bobby Brown) dan Mike (Finn Wolfhard) ternyata juga telah menjalin hubungan kekasih, yang sukses membuat Hopper (David Harbour) kesal lantaran Mike sering kali nempel terus bak perangko dengan El. Ya sih, kalian bete banget nggak sih lihat orang yang lagi kasmaran kaya gitu. Lalu, Dustin yang baru pulang dari liburannya juga mengklaim memiliki seorang pacar yang kata dia sih genius abis bernama Suzy. Oiya, si cewek yang bikin Eleven sebel di season 2, Max ini ternyata sekarang juga pacaran dengan Lucas (Caleb McLaughlin). Yang sama aja cuma Will (Noah Schnapp) yang tetap sendiri dan tetep gosok-gosok leher kalau ngrasa ada yang nggak beres.

Will dikit-dikit gosok leher kalau nggak enak badan, enaknya pake koyo saldopas aja ya, via instagram.com/netflixid

Cerita dimulai dengan gerombolan Mike, Will dkk nonton film di bioskop mall Starcourt. Tiba-tiba, listrik mati...pet! Nggak cuma bioskop, seluruh kota ternyata juga mati listrik. Aneh banget, bahkan magnet di kulkas ibunya Will, Joyce Byers (Winona Rider) juga nggak bisa nempel lagi. Hal ini tentu bikin Joyce penasaran, sampai dia datengin rumah guru sainsnya Will untuk mendapatkan penjelasan. Sementara itu, Dustin yang baru saja pulang dari kamp sains ingin menghubungi pacarnya bernama Suzy melalui Cerebro, kebetulan malah menangkap sinyal komunikasi dari pasukan Rusia yang mengirim pesan dalam bentuk kode berbahasa Rusia, yang tentu saja mencuri perhatian Dustin.

Setelah diselidiki, mati listrik yang dialami kota Hawkins ini disebabkan karena sebuah mesin di lab yang dibangun oleh pasukan Rusia. Mesin ini ternyata bertujuan untuk membuka portal atau gerbang yang pada season 2 telah ditutup oleh Eleven. Hal ini tentu bahaya banget, karena bisa saja pasukan Demogorgon itu menyerang kota ini lagi. Nggak cuma itu, ada lagi monster yang nyata masih ada di kota ini. Yaitu monster bernama Mind Flayer yang dulu ada di dalam tubuh Will, yang sekarang ternyata masih berada di Hawkins, dan belum balik ke dunia asalnya. Mind Flayer inilah yang bikin Will ngrasa nggak enak waktu di bioskop.

Mind Flayer ini sepertinya juga butuh host atau inang untuk hidup, seperti yang terjadi pada Will pada season 2. Inang pertama dari Mind Flyer ini yaitu...Billy, kakak dari Max. Monster ini kalau dilihat sih wujudnya fleksibel ya, bisa jadi manusia, bisa jadi semacam kumpulan lendir terus merasuki tubuh inangnya. Seperti selayaknya parasit, Mind Flayer ini juga membangun koloni dengan cara merasuki banyak penduduk Hawkins.

Di sinilah tokoh utama dari series Stranger Things Season 3 akan memulai perjuangan dan petualangannya. Yang saya suka di Stranger Things Season 3 kali ini sih karena karakternya dibagi menjadi 4 kelompok. Erica (adik Lucas yang suka minta sampel es krim Ahoy) masuk ke kelompok geng es krim alias Scoop Ahoy Gang bersama Dustin, Robin dan Steve Harrington. Mike, Will, Eleven, Lucas dan Max jadi satu kelompok yang akhirnya bergabung dengan Nancy dan Jonathan. Hopper yang dibantu Joyce juga ikut mengatasi masalah dengan dibantu seorang private investigator, Murray Bauman yang ahli berbahasa Rusia. Tapi, dari 4 kelompok tadi, saya paling suka geng es krim Ahoy sih. Mereka seru banget sumpah!! Gara-gara geng es krim, perasaan tegang saat nonton Stranger Things jadi ikut adem gara-gara nonton Steve Harrington yang ganteng adegan mereka berempat yang lucu abis.

Geng es krim Scoop Ahoy via Screen Rant
Meski dikemas menarik dan cukup menghibur, tapi menurut saya masih ada beberapa pertanyaan yang sekarang masih belum saya temukan jawabannya, yaitu tujuan Mind Flyer sendiri apa sih membangun koloni di Hawkins ini? Seperti sama bingungnya saya waktu Game of Thrones Season 8, tujuan Night King membasmi kehidupan manusia ini juga apa? Tentu saja kehadiran Mind Flyer ini pasti punya tujuan, sayangnya memang belum jelas aja, atau saya yang nggak paham. Kalau kamu paham, tolong jelasin di komentar ya, please. Hehehe.

Well, meski masih menyisakan pertanyaan, Stranger Things Season 3 yang cuma punya 8 episode ini  sangat cocok kamu tonton apalagi penyuka film sci-fi, action and adventure.

Oiya, jangan lupa, di akhir episode 8 ada credit scene loh, jangan kelewat ya. Selamat menonton!

Review TV Series Netflix: 13 Reasons Why Season 1

6 comments
13 Reasons Why
We create our own demons-Tony Stark
Film series yang yang diangkat dari novel karya Jay Asher  dan salah satu sutradaranya adalah Tom McCarthy ini rupanya sedang sering menjadi bahan obrolan di twitter. Film seputar depresi yang biasa dialami oleh orang yang sedang berada di masa peralihan dari remaja beranjak dewasa yang sedang dalam proses mencari jati diri dan nilai dirinya serta haus akan perhatian.

Film ini dibagi menjadi 13 episode sesuai judulnya dan sampai sekarang saya masih salut kepada pembuatnya, karena masih belum tergoda untuk membuat episode yang lebih panjang daripada yang disebutkan di judul, seperti membuat episode berjudul : Episode Final chapter A, atau Revenge Episode, Special Episode dan sebagainya. 13 Reasons Why bercerita tentang Hannah (Katherine Langford) yang menghantui orang-orang di sekitarnya melalui rekaman yang dia rekam di kaset tape sebelum dia tewas karena bunuh diri. Hannah merekam di tiap kaset, tentang pendapatnya dan apa yang benar-benar terjadi terhadap rumor yang menimpa dirinya, yang ketika masih hidup tidak sempat untuk diceritakan. Hal tersebut tentu menjadi ancaman beberapa orang yang pernah menyakiti hati dan membully Hannah. Mulai dari mantan gebetan Hannah yang menyebarkan foto mereka ketika berciuman, teman Hannah yang menyebarkan isi buku harianya, dan sebagainya. Hannah menjadi seperti demons yang tidak sengaja diciptakan teman-temannya yang selalu menyakitinya. Ketika menonton ini saya jadi ingat film series asal Thailand, Hormones. Ya, Hormones juga memiliki jalan cerita yang mirip dengan Hannah, seputar masalah remaja usia sekolah menengah atas yang mendapatkan masalah masing-masing dan bagaimana mereka menyelesaikan masalah tersebut.
Hormones
Dan karena nonton 13 Reasons Why, saya jadi baper. Ini Hannah kok jadi orang gini amat sih, if life gives you a suck, kenyot balik dong! Gitu kalau kata Indra Herlambang. Hehehehe. Menonton 13 Reasons Why juga membuat saya membayangkan kalau karakter Hannah diganti dengan Margo Roth Spiegelman di Paper Towns yang dibintangi oleh Cara Delevingne. Jangan-jangan Hannah kemudian ketika malam hari, menyusup ke kamar Clay, meminjam mobil, terus membuat daftar belanja dengan huruf aL4y kesukaan dia, membalas perbuatan orang-orang yang menyakitinya, kemudian pergi, ke Paper Towns.
Paper Towns
Selain Paper Towns, saya juga jadi membayangkan kalau Hannah tiba-tiba berkarakter seperti Olive Penderghast di film Easy A yang digosipkan sebagai pelacur dan apalah itu, yang kemudian dia menerimanya dan seperti menantang orang-orang yang memberinya julukan seperti itu. Walau kemudian akhirnya dia merasa terpuruk, dia tetap mampu menertawakan nasib sialnya itu dan selalu berjuang untuk memperbaiki keadaan.
Easy A
Saya juga jadi membayangkan kalau karakter Hannah diganti dengan sosok Amazing Amy di film Gone Girl. Hannah akan memulai balas dendam kepada teman-teman yang menyakitinya dengan mengumpulkan simpati dari orang di sekitarnya betapa menyedihkan kehidupannya, kemudian membuat dirinya seolah dibunuh oleh teman-temannya, hingga polisi serta masyarakat turun tangan dan mengecam perbuatan bully dari temannya, sehingga secara tidak langsung, peluang temannya masuk universitas akan terhambat. Ah Hannah, andai kau tidak sebodoh itu.
Gone Girl
Apaan sih nih kok jadi baper gini ahahaha. Tapi 13 Reasons Why sukses membuat saya bernostalgia kembali ke masa-masa SMA yang enggak indah-indah amat hehe. "High school is tough" kalau kata Ponytail Derek (Nicholas Braun) di film The Perks of Being A Wallflower. Tapi seburuk-buruknya masa SMA akan ada satu momen (ya cuma satu momen saja) yang membuat kita menjadi saudara, saling bermaafan dan berjuang bersama, yaitu ketika Ujian Nasional. Oh, ternyata Ujian Nasional ada sisi baiknya juga ya dari segi sosial murid SMA. Hehehehe. Tapi, bagi kamu yang tidak terlalu stabil kondisi kejiwaannya, lebih baik berhati-hati ketika menonton film ini. Di film ini seolah Hannah ingin menyatakan bahwa dirinya adalah benar dan yang menyakitinya benar-benar salah, dan melalu bunuh diri, semua akan terbalaskan. Ya enggak gitu lah. Tapi, tetap saja, balas dendam atau bunuh diri itu bukanlah suatu solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah. 
"Dalam hidup kau akan bertemu banyak orang jahat. Kalau mereka menyakitimu, katakan pada dirimu sendiri, itu karena mereka bodoh. Hal itu akan membantu mencegahmu bereaksi pada kekejaman mereka. Karena tidak ada yang lebih buruk daripada kebencian dan balas dendam. Selalu jaga martabatmu dan jujurlah pada dirimu sendiri."
Tapi yah well, begitulah 13 Reasons Why menurut saya, kalau menurutmu bagaimana?