Tampilkan postingan dengan label Blog. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Blog. Tampilkan semua postingan

Krisis Overpopulasi dalam Inferno

11 comments
Inferno via Comingsoon.net

“Tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis moral.”


Robert Langdon, seorang profesor simbologi dari Universitas Harvard, tiba-tiba terbangun dalam kamar sebuah rumah sakit dan hanya ada dr. Sienna Brooks serta dr. Marconi yang merawatnya. Namun, Langdon masih terus terbayang mimpinya tentang wanita rambut perak yang menyuruhnya untuk mencari dan menemukan sesuatu. Tapi, Langdon mengalami amnesia retrograde (kehilangan ingatan atau informasi yang terjadi akibat luka di kepala atau penyakit yang menyebabkan kehilangan memori jangka pendek yang terjadi tak lama sebelum kejadian traumatis) karena tertembak sehingga kebingungan apa yang harus dicari dan ditemukan. Tak lama setelah Langdon sadar, seorang wanita dengan rambut cepak yang ditata dalam bentuk runcing duri menyambut Langdon dengan sepucuk pistol berperedam, sayangnya dr. Marconi tewas dalam insiden ini.

Langdon yang masih kebingungan, dalam misi ini ditemani oleh Sienna. Mereka berlari menyelamatkan diri dari kejaran wanita rambut duri yang ternyata merupakan agen Konsorsium dan bersembunyi dalam apartemen milik Sienna. Konsorsium adalah sebuah agen yang memiliki kantor berupa kapal “The Mendacium”, melayani klien-kliennya mengejar ambisi dan keinginan mereka tanpa adanya konsekuensi, entah itu perbuatan berdosa atau tidak.

Dalam pelarian, ternyata di dalam jaket Tweed Harris milik Langdon terdapat sebuah stempel kuno berbentuk silinder logam berisi kode rahasia yang memiliki tanda khusus biohazard ciptaan ilmuwan fanatik, Bertrand Zobrist. Langdon tidak mengerti mengapa benda tersebut berada di jaket miliknya. Silinder logam mengilat itu rupanya adalah sebuah pointer laser yang ketika dinyalakan, muncul sebuah foto high definition yang tampak jelas, dan memancar dari tabung seakan dari sebuah slide proyektor. Melalui silinder logam yang memuat Map of Hell, mereka mencoba mencari apa yang harus dicari dan ditemukan, yang mengarah pada wabah yang diciptakan oleh Bertrand Zobrist, disamping harus melarikan diri dari pasukan tentara berseragam hitam dan pasukan milik Konsorsium.

Inferno karya Dan Brown memuat isu perihal overpopulasi. Dengan mengusung teori milik Thomas Robert Malthus tentang populasi manusia yang terus meningkat yang berujung dengan kelangkaan sumber daya. Hal ini akan menyebabkan kepunahan manusia, jika populasi manusia tidak dikendalikan. Bertrand Zobrist, seorang dokter yang genius, menyewa jasa Konsorsium untuk membantunya dengan menyembunyikan dirinya dari kejaran WHO agar cita-citanya terwujud, yaitu depopulasi manusia. Zobrist percaya tentang ramalan Thomas Robert Malthus, yang dikenal meramalkan keruntuhan global akibat overpopulasi.

Thomas Robert Malthus via britannica.com
“Kekuatan populasi sangat mengungguli kekuatan bumi untuk menghasilkan penghidupan bagi manusia, sehingga kematian prematur harus, dalam bentuk tertentu atau lainnya, mengunjungi umat manusia. Sifat jahat umat manusia bersifat aktif dan bisa berfungsi sebagai depopulasi. Sifat-sifat jahat itu bisa memicu perang yang menyebabkan pemusnahan besar; dan sering kali bisa menyelesaikan sendiri pekerjaan mengerikan itu. Namun, seandainya kejahatan gagal melancarkan perang pemusnahan, musim penyakit, epidemi, pes, dan wabah maju membentuk barisan yang luar biasa, menyapu ribuan dan puluhan ribu manusia. Seandainya kesuksesan masih belum bisa diraih sepenuhnya, kelaparan besar yang tak terhindarkan akan membuntuti dari belakang, dan dengan satu pukulan kuat akan menyeimbangkan populasi dengan jumlah makanan yang ada di dunia.” 
Zobrist menyadari bahwa hanya manusia dengan ras unggul yang akan eksis. Zobrist juga percaya terhadap Transhumanisme, yaitu perbaikan spesies melalui teknologi dan percaya bahwa manusia akan punah sebelum memiliki kesempatan untuk melakukan perbaikan spesies. Akibatnya jika tidak ada seorang pun yang bertindak, pertambahan jumlah manusia yang luar biasa akan memusnahkan semua manusia, sebelum manusia memiliki kesempatan untuk mewujudkan potensi rekayasa genetika.
“Nerakanya Dante bukanlah fiksi...itu ramalan! Kesengsaraan yang luar biasa. Penderitaan yang menyiksa. Inilah gambaran hari esok. Umat manusia, jika tidak terkendali, berfungsi seperti wabah, seperti kanker...jumlah kita meningkat pada setiap generasi hingga kenyamanan duniawi yang pernah menyehatkan hidup dan persaudaraan kita menyusut sampai habis...mengungkapkan monster-monster di dalam diri kita...yang bertempur hingga mati untuk memberi makan keturunan kita. Inilah neraka sembilan-lingkaran Dante. Inilah apa yang menanti. Ketika masa depan datang menggilas, dipicu oleh perhitungan matematis Malthus yang tak tergoyahkan, kita berdiri goyah di atas lingkaran pertama neraka...bersiap terjun lebih cepat daripada yang pernah kita bayangkan.”
Zobrist selalu membayangkan dirinya berada dalam kapal yang kelebihan penumpang. Solusinya adalah, membuang beberapa manusia ke laut, agar masih ada manusia yang diselamatkan, daripada tidak ada yang dibuang sama sekali yang berakhir semua penumpang kapal tewas karena tenggelam. Ketika memandang kasus ini, kita akan diuji tingkat kemanusiaannya. Apakah kita tega membuang beberapa manusia, atau membiarkannya namun semuanya akan mati bersama-sama. Memang jika dilihat secara sekilas, Dan Brown membuat kita berpikir bahwa Zobrist adalah karakter antagonis di Inferno. Namun, Zobrist berani menanggung semua tuduhan orang lain bahwa dirinya adalah seorang pembunuh dengan menciptakan suatu wabah, karena dia percaya bahwa suatu saat akan banyak orang yang berterimakasih kepadanya. Zobrist di sini juga menyudutkan pihak WHO yang tidak tanggap dalam menangani kasus overpopulasi. Dia menilai solusi WHO yang hanya sosialisasi penggunaan kondom, penerapan program Keluarga Berencana sangat tidak efektif. Oleh karena itu, Zobrist “terpaksa” membuat suatu wabah yang dapat mengatasi masalah overpopulasi.

“Walaupun perbuatanku bijak, sama seperti kalian, aku tidak asing dengan Dosa. Bahkan, aku pun melakukan yang terkelam dari ketujuh dosa itu—godaan yang hanya bisa dihindari oleh sedikit sekali orang. Kesombongan.”
 Jika kita mendalami argumen Zobrist, kita akan banyak menyadari bahwa overpopulasi merupakan salah satu penyebab dari masalah yang ada saat ini. Sungai, hutan, lahan terbuka makin mengecil areanya karena kebutuhan manusia akan tempat tinggal, industri dan kepentingan yang lain. Jalan yang semakin macet, kelaparan, kebutuhan yang tinggi akan suatu bahan makanan, dan sebagainya. Namun, jika harus membunuh manusia yang lain untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia sisanya, akan terlihat kejam. Oleh karena itu, kita menyangkal adanya masalah ini dengan menyibukkan lagi dalam kesibukan sehari-hari seperti bekerja, nonton film, atau ngeblog seperti saya ini hehe.

Kalau menurut kamu, bagaimana? Apakah setuju dengan pandangan Zobrist, atau WHO? Oh iya, bulan Oktober ini, Inferno sudah bisa kita nikmati di bioskop, namun jika ingin mengetahui setiap detail permasalahan, cerita, sejarah dan berimajinasi lebih, saya sarankan membaca novelnya. Selamat membaca dan selamat menonton :)

Tunjukkan Karyamu, Bukan Hanya Makan Siangmu

19 comments


Setelah menjadi pengamat dan pelaku, tapi bukan terdakwa apalagi tersangka, saya melihat minat anak muda untuk menulis semakin tinggi. Apalagi dengan hadirnya media yang dapat digunakan untuk menulis seperti Blogger, Wordpress, Facebook, Twitter, bahkan Path atau bisa juga anak muda sering menulis di timeline Line dengan ditambahi sticker yang dapat mewakili perasaan sang penulis.

But then, dengan semakin mudahnya akses untuk menerbitkan (post) tulisannya, serta tidak adanya editor yang berhak untuk mengedit, mensortir atau mengkritik apakah hal tersebut patut dipublikasikan untuk diketahui khalayak umum, maka semakin banyak pula tulisan-tulisan yang berakhir menjadi “sampah” di beranda atau timeline media sosial kita.

Hal ini diperparah lagi dengan statement yang sering beredar di beberapa media sosial kita “posting aja yang kamu mau, bukan yang orang lain suka”. Oh, please, saya sendiri sangat tidak setuju dengan statement ini. Statement tersebut seolah mendorong kita untuk selalu mempublikasikan apapun, entah itu bermanfaat atau tidak bagi orang lain. Nggak masalah sih kalo dia mempublikasikannya tanpa mengganggu pengguna lain, tapi yang sering saya jumpai kebanyakan tidak dalam keadaan seperti itu.

Justru dengan semakin frontal dan kontroversial postingannya, malah semakin memicu banyak komentar yang muncul pada postingannya, yang akan mengakibatkan pelakunya akan senang bahwa selama ini dia diperhatikan, lalu dia posting hal serupa, lagi dan lagi. Seperti haus akan eksistensi dan perhatian.

Kalau kata Austin Kleon dalam bukunya yang berjudul Show Your Work! nih, kalimat "follow back ya" itu sangat menyedihkan. Jika kamu menginginkan banyak follower, jadilah orang yang pantas untuk untuk diikuti, berhentilah memikirkan berapa banyak yang menjadi follower kamu tapi mulailah berpikir tentang bagaimana meningkatkan kualitas dirimu.

Jaman segini, udah ga saatnya kita nulis menye-menye di media sosial. Emangnya nggak malu sama pendahulu kita? Dimana sebelum mempublikasikan sesuatu pada khayalak umum, mereka menulis dengan penuh hati-hati dan berpikir secara mendalam. Bahkan dalam buku biografi dari Moh. Hatta dijelaskan bahwa beliau ketika akan menulis (inget, jaman itu nulis masih ketikan manual, atau tulis tangan) itupun sangat sedikit bahkan tidak ada coretan yang beliau hasilkan. Hal tersebut dapat mencerminkan bahwa beliau sangat berhati-hati dan berpikir secara mendalam terhadap apa yang akan ditulis.

Ayolah bung! Mulailah menulis dan tulislah hal baik agar kita dapat membawa kebaikan. Jika kita melihat sosok pemuda, coba kita lihat pada Soe Hok Gie. Dalam buku yang berjudul Catatan Seorang Demonstran yang berisi catatan harian beliau selama ini. Pada halaman pengantarnya oleh Arief Budiman, kakak dari Soe Hok Gie, mengatakan bahwa Gie frustasi apakah selama ini kritik yang dia sampaikan apakah tidak mengubah keadaan, apa gunanya kritik yang selama ini dia sampaikan.

Namun, ternyata ketika Gie meninggal dunia,banyak orang yang menangis untuknya. Berkat tulisannya, banyak orang yang merasa dibela. See? itu semua berkat tulisan yang bermanfaat.

So, ayo menulis! Karena kita bukan anak raja bukan juga anak ulama besar, maka jadilah penulis, kata Imam Alghazali.

Image credit: pixabay.com

Sebenernya Apa Sih Pentingnya Ospek?

2 comments


Ospek atau orientasi untuk peserta didik baru akhir-akhir ini rame dibicarain. Sebenernya kalau ospek uda rame mau dibicarain gini, bagi saya yang menyandang gelar mahasiswa tua jadi lebih ketar ketir. Kenapa? Karena bakalan punya adek tingkat lagi, makin terpinggirkan dan harus buru-buru cabut dari kampus.

Kebanyakan temen-temen kita pada ngeluh tentang ospek yang gini gini gitu, ospek jurusan gini gini, belum lagi kalo kita masuk UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) juga ada kegiatan ospeknya tersendiri. Tapi sebenernya, menurut saya ospek model yang sering diberitain itu di media udah nggak keren lagi. Kegiatan ospek yang seperti itu malah bikin citra kampus jadi jelek loh, serius. Masa iya, ada calon adek tingkatmu yang masih seger lulus SMA, dengan penuh harapan pengen masuk kampus favorit dia dan belajar disana, kemudian setelah masuk kita tega banget ngerjain mereka. Ospek itu tujuannya kan untuk mengenalkan kegiatan kampus, misalkan model perkuliahan seperti apa, durasi perkuliahan, tata tertib perkuliahan, mengenal dosen kita di kampus, berbagai layanan yang disediakan di kampus. Masa iya setelah ospek, mahasiswa baru jadi gagap teknologi karena nggak bisa ngisi rencana studi online di portal kampus. Lucu kan?

Tapi ya itu, mungkin karena uda nancep dipikiran mahasiswa baru bahwa ospek itu nyebelin. Mereka jadi males dan ogah-ogahan, that's why kakak-kakak seniornya jadi beringas pengen ngasih hukuman ini itu kalo ga disiplin melaksanakan perintah. Padahal panitianya juga kadang nggak disiplin kok. Jatuhnya ya sama aja.

Selain itu, ospek seharusnya diisi hal-hal yang mendukung kegiatan perkuliahan nanti, misal kalo waktu perkuliahan bakal banyak banget tugas suruh cari jurnal, nah biasanya pas ospek ini kakak senior ngenalin kita akan tugas itu, dengan diberi tugas suruh review jurnal. Tapi ada yang aneh, disuruh tugas nyari jurnal eh nyarinya ke Google, masih mending kalo nyari di Google Scholar. Bagusnya sih, adek-adek mahasiswa baru diajak berkenalan dengan situs jurnal internasional. Biar mereka familiar gitu.

Masih banyak lagi kok kegiatan yang lebih bermanfaat di kegiatan ospek, kalau dari saya nih, dulu kami dibagi beberapa kelompok, tiap kelompok bawa taneman sama rumput, itu akhirnya dipake buat kerja bakti bikin taman kampus. sekarang taman kampus saya udah ciamik. Kalo lewat rumput yang kita tanemin waktu ospek dulu ya bakal nyeletuk "Eh itu rumput yang kita tanem itu, ya?"

Nah gitu, harusnya yaaa ospek emang bener-bener diisi dengan hal yang manfaat dan berkesan. Udah ga jaman banget model ospek pake kekerasan atau atribut nano-nano (bikin malu). Sekarang jamannya ospek bikin mahasiswa baru lebih semangat dan ngga sabar buat nyicipin gimana kuliah di kampus kita, bukannya ngga sabar melewati ospek ini karena kegiatannya yang nyebelin.


Image credit: republika.co.id