Tunjukkan Karyamu, Bukan Hanya Makan Siangmu

19 comments


Setelah menjadi pengamat dan pelaku, tapi bukan terdakwa apalagi tersangka, saya melihat minat anak muda untuk menulis semakin tinggi. Apalagi dengan hadirnya media yang dapat digunakan untuk menulis seperti Blogger, Wordpress, Facebook, Twitter, bahkan Path atau bisa juga anak muda sering menulis di timeline Line dengan ditambahi sticker yang dapat mewakili perasaan sang penulis.

But then, dengan semakin mudahnya akses untuk menerbitkan (post) tulisannya, serta tidak adanya editor yang berhak untuk mengedit, mensortir atau mengkritik apakah hal tersebut patut dipublikasikan untuk diketahui khalayak umum, maka semakin banyak pula tulisan-tulisan yang berakhir menjadi “sampah” di beranda atau timeline media sosial kita.

Hal ini diperparah lagi dengan statement yang sering beredar di beberapa media sosial kita “posting aja yang kamu mau, bukan yang orang lain suka”. Oh, please, saya sendiri sangat tidak setuju dengan statement ini. Statement tersebut seolah mendorong kita untuk selalu mempublikasikan apapun, entah itu bermanfaat atau tidak bagi orang lain. Nggak masalah sih kalo dia mempublikasikannya tanpa mengganggu pengguna lain, tapi yang sering saya jumpai kebanyakan tidak dalam keadaan seperti itu.

Justru dengan semakin frontal dan kontroversial postingannya, malah semakin memicu banyak komentar yang muncul pada postingannya, yang akan mengakibatkan pelakunya akan senang bahwa selama ini dia diperhatikan, lalu dia posting hal serupa, lagi dan lagi. Seperti haus akan eksistensi dan perhatian.

Kalau kata Austin Kleon dalam bukunya yang berjudul Show Your Work! nih, kalimat "follow back ya" itu sangat menyedihkan. Jika kamu menginginkan banyak follower, jadilah orang yang pantas untuk untuk diikuti, berhentilah memikirkan berapa banyak yang menjadi follower kamu tapi mulailah berpikir tentang bagaimana meningkatkan kualitas dirimu.

Jaman segini, udah ga saatnya kita nulis menye-menye di media sosial. Emangnya nggak malu sama pendahulu kita? Dimana sebelum mempublikasikan sesuatu pada khayalak umum, mereka menulis dengan penuh hati-hati dan berpikir secara mendalam. Bahkan dalam buku biografi dari Moh. Hatta dijelaskan bahwa beliau ketika akan menulis (inget, jaman itu nulis masih ketikan manual, atau tulis tangan) itupun sangat sedikit bahkan tidak ada coretan yang beliau hasilkan. Hal tersebut dapat mencerminkan bahwa beliau sangat berhati-hati dan berpikir secara mendalam terhadap apa yang akan ditulis.

Ayolah bung! Mulailah menulis dan tulislah hal baik agar kita dapat membawa kebaikan. Jika kita melihat sosok pemuda, coba kita lihat pada Soe Hok Gie. Dalam buku yang berjudul Catatan Seorang Demonstran yang berisi catatan harian beliau selama ini. Pada halaman pengantarnya oleh Arief Budiman, kakak dari Soe Hok Gie, mengatakan bahwa Gie frustasi apakah selama ini kritik yang dia sampaikan apakah tidak mengubah keadaan, apa gunanya kritik yang selama ini dia sampaikan.

Namun, ternyata ketika Gie meninggal dunia,banyak orang yang menangis untuknya. Berkat tulisannya, banyak orang yang merasa dibela. See? itu semua berkat tulisan yang bermanfaat.

So, ayo menulis! Karena kita bukan anak raja bukan juga anak ulama besar, maka jadilah penulis, kata Imam Alghazali.

Image credit: pixabay.com

19 komentar:

  1. "berhentilah memikirkan berapa banyak yang menjadi follower kamu tapi mulailah berpikir tentang bagaimana meningkatkan kualitas dirimu" setuju banget nih statement nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget mas, karena kita pasti follow apa yg kita interest, semangat meningkatkan kualitas!

      Hapus
  2. setuju banget, banyak juga orang yang pengen nulis cuman pengen ikut-ikutan bikin blog tapi isinya juga kurang bermanfaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak haha, mungkin sedang dalam tahapan belajar menulis :)

      Hapus
  3. Kalo menulis bisa bikin perubahan, dimanakah posisi mereka yang berbicara? Oh, ternyata mereka sedang beraksi untuk menyuarakan perubahan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mungkin bisa saling berkolaborasi mas, ada yang nulis, ada yang beraksi :)

      Hapus
    2. Yang satu beraksi, lainnya bereaksi.

      Hapus
  4. suka banget dg judulnya! haha, ayooo nulisss

    BalasHapus
  5. Jadi, makan siang (barengnya) kapan, Justin? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ingat pepatah kak, tidak ada makan siang yang gratis :P

      Hapus
  6. Pak Hatta pada masa itu tulisannya gak ada coretan kalau belum ada fitur strikethough, :)

    BalasHapus
  7. Wah. Njung junjunganqoe...
    "Followback" ini emang lagi marak2nya sih njus :(

    Aduh maaap komentarku nggk berbobot. Tp ku baca aemua tulisan njung dr awal kalimat sampe akhir. Dan sepandapat dengn njus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini maksudnya Njung apa Njus? huhu kubingungwkwkwk

      Hapus
  8. pernah ada yang mention mention...mas follbeck ya follbeck ya..PENTING? hahah yo ora tak follbeck..malah sing ra penting tak unfollow :))

    BalasHapus
  9. Sukak, sama anak muda model ini. Mampu berpikir sesuatu yang bermanfaat. Berani menyuarakan pendapat tapi nggak asal njeplak.

    BalasHapus
  10. folbek ya kak :)

    Hm, how worth are you to be followed back? Huehehehe /kamekamehaa/

    Menulis sembarangan dan memosting di media yg bsia dibaca banyak org memang hak siapapun, terserah. Tapi habis itu, masyarakatlah yg punya kekuatan penuh utk menilai dia berkualitas apa tidak.

    Semoga....semoga.....kita semua termasuk org2 yg tulisannya bisa diambil manfaat utk org lain. Terimakasih kak :)

    BalasHapus