No More Generation of Sheep

6 comments



Berulang kali saya menonton film The Internship dan sampe sekarang belum pernah bosen. Kalimat per kalimatnya terasa ngena banget, dan bener-bener bermakna.

Di awal film diceritain gimana Billy dan Nicky di-PHK karena perusahaan sudah mulai collapse akibat penggunaan jam tangan analog yang telah berganti ke jam digital di smartphone. Kemudian tibalah di suatu adegan di pinggir danau gitu, Billy curhat sama Nicky “We are generation of sheep. We were told  to go to college, get good grades, we get a job, we get a mortgage, and here we did everything the what we were supposed to, and what do we get? Where's our thanks? Nothing.”
Similar with us right now, ketika jadi mahasiswa sekarang ini, huh?

Kalau menurut KBBI, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Tapi dengan semakin banyak jumlah mahasiswa serta perguruan tinggi, mahasiswa seperti apakah kita ini? Apa seperti mahasiswa tahun 1998 yang mampu memiliki peran dalam membawa era reformasi, atau hanya jadi generation of sheep? Ya kuliah, masuk kelas, ujian, ngerjain tugas, skripsi, wisuda, kelar. Abis itu jadi job seeker, dapet kerja, nikah, punya anak, mati. Udah gitu.

Udah ga saatnya nih, kita jadi pemuda seperti itu. Mengutip tulisan dari blog basithisme.tumblr.com “Pernah suatu ketika sebuah pesan masuk dari seseorang yang tinggal nan jauh di sana, sebuah desa kecil. Ia katakan, semoga harga-harga stabil, kepada mahasiswa masyarakat desa menaruh harapan besar. Lalu saya melihat ke dalam kampus. Saya sadar, mahasiswa telah mati suri.”

Dari tulisan di atas kita bisa ambil kesimpulan, kita mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa kelak, yang nantinya bakal mengambil alih pos-pos strategis yang sekarang dipegang pimpinan kita supaya ga lupa sama saudara-saudara kita. Saudara yang harus kita bela. Apakah sekarang universitas hanya sekedar mesin pencetak lulusan sebagai pekerja doang? Ga kan. Jangan lupa, universitas juga punya tridharma perguruan tinggi, salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat. Sekarang balik lagi ke diri kita, udah cukup belum sih, kita mengamalkan tridharma perguruan tinggi? Sudah pedulikah diri kita dengan orang lain? Bukankan tiap kita mengakhiri shalat kita selalu salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri yang memiliki arti filosofis untuk selalu menengok dan peduli kepada saudara kita?

Ayo, lakukan perubahan. Jangan sampai kita udah  on the way to death nyesel karena belum bisa bikin sesuatu yang bisa bermanfaat bagi orang banyak.



6 komentar:

  1. Saya juga dulu aktivis. Dan enggak tau, sekarang kok kayaknya orang makin antipati dengan aksi mahasiswa. Dianggap nggak berguna. Mungkin emang udah bukan zamannya lagi mahasiswa turun ke jalan, mungkin yg lebih dibutuhkan masyarakat adalah riset-riset mahasiswa yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Walau saya tetap juga berfikir, jika momentumnya tiba, turun ke jalan tetaplah perlu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah alhamdulillah pernah jadi aktivis mas. iya ada perlunya juga aksi ke jalan, tapi ya juga dengan menilik gimana impact yang dihasilkan dari setiap aksi yang dibikin sih mas

      Hapus
  2. Mungkin nanti bakalan ada namanya mahasiswa kekinian. Ya, memang seperti itulah. Sebuah perubahan memang berada di ujung tombak 'agen perubahan' namun seberapa jauhkah mereka memaknai perubahan yang disandang pada gelar yang mereka dapat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi bisa juga bikin mahasiswa kekinian yang jadi agen perubahan, malah justru dapet partner lebih banyak nih mas

      Hapus
  3. Bagus Jus, kritis dan mengispirasi. jadi dapet kata kata baru "on the way to death"
    Ayo move on bikin artikelnya terbarunya

    BalasHapus