How School Kills Creativity

1 comment



Setelah liat video dari Ted :  Do Schools Kill Creativity oleh Sir Ken Robinson, gue jadi bertanya-tanya. Ngerasa ga sih, sejak tingkat sekolah dasar sampe senior high school kita pasti mengasumsikan mereka menguasai pelajaran matematika, dan pelajaran sains sebagai “smart people” ? Jadi, bisa dikatakan pintar kalo bisa matematika dan sains.
Sedangkan bagi temen kita yang pinter gambar, pinter bikin handcraft, dan mereka yang tertarik di bidang seni nggak bisa disebut sebagai “smart people”.

Aneh ga sih? Atau memang nggak adil?

Kadang gue ngerasa sekolah memang memberi bekal kepada kita setelah lulus nanti. Tapi menurut gue, kurang tepat sasaran. Why?
Kita cenderung disodorin apa yang harus kita pelajari, apa yang harus kita hafalkan, mana yang tidak boleh kita pelajari, dan lain sebagainya. Tapi, kita ngga pernah diajak mikir, mengapa aku harus belajar ini, kenapa nggak boleh gini atau gitu.

Okay, back to topic nih, ternyata selama ini ada yang namanya hierarki di dalam mata pelajaran yang kita pelajari. Pelajaran matematika dan sains ada di urutan teratas. Setelah itu baru pelajaran bahasa dan di posisi terbawah adalah mata pelajaran seni. Di mata pelajaran seni sendiri ada tingkatannya, seni musik ada di urutan tertinggi, dan yang paling rendah adalah seni tari.

Hal ini dikarenakan pola pikir kebanyakan dari kita udah dibentuk oleh paham kapitalis. Ya gitu, dikit-dikit bicara keuntungan yang bakal didapet atau gaji yang bakalan diterima kalo kerja di bidang tersebut.

Apalagi bidang industri lebih membutuhkan orang yang lebih handal di dalam pelajaran matematika dan sains. Sehingga, pelajaran matematika dan sains menempati tingkat paling tinggi dalam hierarki mata pelajaran. Pada akhirnya, yang paling dibutuhkan dalam dunia industri ya orang yang berkecimpung dibidang ini. Baru deh bahasa, kemudian seni. Gitu.

Tapi ga adil rasanya, jika kita memandang suatu mata pelajaran lebih superior daripada mata pelajaran lainnya. Karena pada dasarnya, semua mata pelajaran akan saling berkolaborasi pada saatnya.
Semua sama rata, sama-sama membutuhkan. Misal nih, waktu kita kuliah, kita gak boleh ngerasa superior banget masuk jurusan tertentu dan memandang rendah jurusan dari bidang lainnya. Apalagi kalo lo masuk organisasi, lo pasti bakalan ngebutuhin mereka yang expert di bidangnya.
Misal, lo bikin event dan butuh mereka yang memiliki ability di promosi event lo. Maka lo bakalan butuh mereka yang bisa ngejual event dan bikin publikasi dari event yang lo bikin. Altough, event lo itu scientist banget, pasti lo bakalan butuh visualisasi yang keren. Disinilah kolaborasi antar bidang bakalan bisa lo rasain.

source image : pixabay.com


1 komentar:

  1. Oh My God! selain disekolah doktrin di dalam rumah khususnya orang tuapun demikian, nduk nilai matematimu piro? *first question

    BalasHapus