C’mon, We Can Make Our Happiness!

3 comments


Seorang teman bertanya kepada saya tempo hari “Apakah dengan menikah, kita akan bahagia? Apakah satu-satunya cara untuk bahagia adalah dengan menikah? Apakah dengan menikah kita dapat merasakan "lengkap"?”

Saya jadi teringat dengan buku Make Today Count yang ditulis oleh John C. Maxwell. Jadi ceritanya, ketika John dan istrinya diundang dalam acara untuk para Pastor, istri John ditanya oleh seseorang “Apakah John membuatmu bahagia?” dan istri John menjawab “Tidak, John tidak pernah membuatku bahagia”.

Ketika mendengar jawaban dari istrinya tersebut, John berasa pengen banget keluar dari ruangan itu. Kemudian istri John menambahi “Dua atau tiga tahun pertama kami menikah, saya berpikir bahwa John bertanggung jawab untuk membahagiakan saya. Namun ia tidak melakukannya. Ia tidak jahat pada saya atau apa pun. Ia adalah seorang suami yang baik, namun tidak ada orang lain yang bisa membahagiakan seseorang. Itu adalah tanggung jawab saya sendiri.”

Dan seringnya nih, apa yang membuat kita tidak bahagia atau merasa kurang respek terhadap diri kita, berasal dari luar diri kita. Misal nih, kita berpenghasilan 3 juta rupiah per bulan. Kita awalnya happy aja. Dan tetep semangat buat kerja. Semua kebutuhan hidup juga terpenuhi. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang nyeletuk, “Gaji kamu cuma 3 juta? Duit segitu mana cukup buat sebulan?”. Sejak saat itu bukan ga mungkin kita yang belum “kuat” bakal terpengaruh. Kita bakalan ga semangat lagi untuk kerja dan ga respek lagi sama apa yang kita lakuin. Ujung-ujungnya, bukannya meningkatkan kinerja kita, tapi malah menurun. Bukan ga mungkin malah disuruh resign alias di PHK.

Jadi, berkaca pada permisalan tersebut, sebenarnya kebahagiaan udah kita atur di alam bawah sadar kita. Hanya orang lain lah yang sering memaksakan standar kebahagiaan mereka terhadap kita.

Balik ke persoalan teman saya tadi, memang menikah itu pilihan. Tidak ada yang menjamin bahwa dengan menikah itu kita akan bahagia, begitu pula sebaliknya. Kita lah yang ngatur, kita mau bahagia apa tidak. Karena kebahagiaan itu berasal dari kita sendiri.

So? Masih ragu sama kemampuan diri kita sendiri buat bahagia?

Image Source : pixabay.com

3 komentar:

  1. Kebahagiaan itu semu. Apa yang membuat kita bahagia, belum tentu membuat orang lain bahagia. Sebaliknya, apa yang membuat orang lain bahagia belum tentu membuat kita bahagia. Juga, apa yang membuat kita bahagia saat ini belum tentu membuat kita bahagia di masa datang.

    Apa orang-orang dari generasi tua juga memiliki pemikiran sepertimu ini ya mbak?

    BalasHapus
  2. jadi kapan nikah?




    tetap selalu bersyukur dan berpikiran luas. .yakin pasti bahagia. .
    mungkin kalau mau bahagia ya banyak" bersyukur. . .itu

    BalasHapus
  3. Hmm bener juga ya, selama ini dengan gaji yang ada saya sudah merasa cukup. lalu lama kelamaan jadi berasa kurang karena standa-standar orang lain yang kemudian kita standarkan juga ke diri kita. Baru sadar kalo selama ini mulai lupa bersyukur..

    BalasHapus