Review: How To Be Single (2016), Cara Menyenangkan Jadi Seorang Jomblo

4 comments
How To Be Single
Walau film yang disutradarai oleh Christian Ditter ini bisa dibilang nggak baru-baru amat, namun saya sangat menyukai film ini. Sampai sering saya putar ulang dan sebagian besar hafal dialognya. Ahahahak. Padahal film ini bukan film dengan budget besar loh. Namun dengan bintang yang eum mungkin bisa dibilang terkenal dan sering mondar-mandir di film kesukaan kalian.

Sebut saja si pemeran Alice (Dakota Johnson) yang pasti udah familiar dong dengan peran Annastasia Stelle di Fifty Shades of Grey, dan Robin (Rebel Wilson) yang sering muncul di film Pitch Perfect. Tak hanya itu, Josh (Nicholas Braun) juga pernah nongol di The Perks of Being A Wallflower, Tom (Anders Holm) di film The Intern, serta Lucy (Alison Brie), salah satunya di film Sleeping With Other People.

Film ini bercerita tentang kehidupan percintaan Alice, Lucy, Meg (Leslie Mann), dan Tom. Walau bergenre comedy romantis dan seputar masalah percintaan, namun bagi orang yang tidak menyukai film romantis seperti saya, film ini benar-benar menyenangkan. Saya tidak bosan memutarnya sampai sekarang.

Cerita dimulai dari sudut pandang Alice, yang mulai memutuskan pacarnya, Josh, untuk sementara (break), agar ia bisa mengalami kehidupan yang benar-benar sendiri. Hal ini disebabkan karena Alice, sudah muak dengan kehidupannya yang monoton, dan selalu memiliki orang di sampingnya. Dia memutuskan untuk benar-benar dalam keadaan sendiri, tanpa ditemani pacar. Padahal saat itu hubungannya dengan Josh sedang dan selalu baik-baik saja.

Alice dan Josh yang harus break sementara
Namun keputusan Alice sudah bulat, dan tak mau lagi berkompromi dengan Josh, sehingga ia mulai berpisah, berpindah ke New York bersama kakaknya, dan menjadi seorang paralegal. Pekerjaannya sebagai paralegal membuatnya bertemu dengan Robin. Dan menurut saya, Robin lah yang membuat film ini sangat lucu dan menyenangkan. Robin juga ikut membantu Alice keluar dari keterpurukan karena benar-benar jomblo.
Walau terkesan acak-acakan, Robin membuat hidup Alice lebih berwarna
Tak hanya persoalan Alice, film ini juga membahas kehidupan Lucy dan Meg. Lucy yang seorang jomblo, mencoba mencari calon suaminya melalui aplikasi kencan online. Data yang ia hasilkan dari aplikasi tersebut, ia masukkan ke dalam algoritma di ms. Excel, kemudian ia akan mendapatkan kandidat yang tepat untuknya. Di sinilah cerita tentang Lucy mulai menarik, mengetahui ia berjuang mati-matian untuk mendapatkan “kandidat” calon suami yang pas untuknya.
Lucy menggunakan algoritma untuk mendapatkan pria yang sesuai dengan kriterianya
Lucy menggunakan aplikasi kencan online dengan menumpang wifi di bar milik Tom karena wifi di apartemennya rusak. Tom merupakan seorang pemilik bar dan benar-benar disukai oleh banyak wanita (diceritakan juga dia sering tidur dengan banyak wanita). Ia juga tak mau menjalin hubungan dengan seorang wanita pun, dan merancang kamar tidurnya sedemikian hingga agar tak ada wanita yang betah tinggal dengannya, kecuali saat bercinta saja. Wanita yang termasuk terpikat dengan Tom, salah satunya adalah Alice. 
Salah satu  penggemar Tom ya..Alice haha
Tom memiliki prinsip, bahwa wanita hanyalah ingin mendengar apa yang ingin ia dengar, dan tidak ingin sesuatu yang jujur. Oleh karena itu, ia selalu sukses mendapatkan banyak penggemar wanita. Yeah mungkin bagi kamu yang laki-laki, ingin memiliki banyak penggemar wanita, sebaiknya mulai lah menggunakan kalimat yang ingin didengar oleh wanita. Ahahak.

Sedangkan Meg, diceritakan merupakan seorang wanita karir yang benar-benar workaholic bekerja sebagai seorang dokter anak dan sering menangani proses kelahiran. 
Meg adalah seorang dokter yang workaholic
Ia malu mengakui dirinya sebagai seorang jomblo atau single, namun juga tidak mau memiliki hubungan dengan seorang laki-laki. Dirinya juga bersikukuh tidak mau memiliki anak karena merasa, masyarakat tidak akan membiarkan dirinya meraih mimpi saat memiliki anak. 
I'm so obsessed with the idea of being in love that I just, it's like, I completely lose myself. Like, I forget what I want and I just disappear. I'm like the horse in 'The Neverending Story'.
Cerita makin menarik ketika konflik dimulai. Yaitu ketika Alice selesai dalam “breaknya” dan ingin kembali dengan Josh namun Josh menolaknya, Lucy yang tidak kunjung mendapatkan kandidat calon suami sesuai algoritma yang ia rancang, serta Meg yang malah menginginkan anak (melalui donor sperma) setelah bertemu seorang bayi di saat ia bekerja.
Film ini ringan, nggak membutuhkan energi ekstra untuk mencerna tiap adegannya, selain itu juga diselingi humor yang lucu dari Robin yang membuat film ini terasa menyenangkan untuk ditonton. Endingnya menurut saya juga nggak seperti film romantis seperti biasa, bagus malah. Sebaiknya, kamu nonton aja deh! Apalagi lagi ditonton saat liburan bareng temen atau ehmm..pacar or gebetan.

Okay, selamat menonton!

4 komentar:

  1. Wah Njus nulis lagi yuhuuuu~ Udah nonton ini, dan Dakota Johnsonnya imut di sini daripada di Fifty Shades of Grey ya, Njus. Hoohohoho.

    BalasHapus
  2. Jadi jomblo itu menyenangkan kok. Tapi kalo liat parasnya Dakota jadi nggak pengin jomblo~

    BalasHapus
  3. Btw kalau nonton film beginian, pada nonton dimana yak?
    Sepertinya menarik, bikin kepo nih, gak diceritain si endingnya nih 😭

    BalasHapus
  4. Ketika nggak mau diputusin, pacarnya (Josh) ngomong nanti kalau rindu payudara Alice gimana? Sumpah, itu masih lucu dan nempel banget di kepala saya. XD

    Bagian pesta kala semua cowok yang pernah deket sama Alice datang juga kocak. :)

    BalasHapus