Review Film: When Marnie Was There (2014)

2 comments
Review Film: When Marnie Was There (2014) via imdb.com
Setelah menonton Spirited Away, sejujurnya saya takut untuk menonton film animasi lainnya dari Studio Ghibli. Ya, saya takut kalau film animasi yang lain kalah bagus dari Spirited Away yang menurut saya sangat sempurna bahkan sukses bikin saya menangis karena terharu, ya sebagus itu, sekali lagi...menurutku loh ya. Saya juga takut kalau nonton film malah ketiduran karena pace-nya sangat lambat, terakhir saya ketiduran adalah…saat menonton ulang film Midsommar pas siang hari panas-panasnya. Tapi, karena akhir-akhir ini saya bosan nonton mufinya itu-itu mulu karena nggak bisa move on dari film yang bagus, akhirnya saya memberanikan diri untuk membuat daftar film-film apa saja yang harus saya tonton, termasuk film animasi. Nah kali ini saya akan mereview When Marnie Was There yang saya tonton beberapa waktu yang lalu.

Baca Juga: Review Spirited Away

When Marnie Was There, film animasi karya sutradara Hiromasa Yonebayashi dari Studio Ghibli yang rilis pada tahun 2014 ini berkisah tentang seorang anak perempuan bernama Anna yang hobi menggambar namun sangat pendiam, tidak memiliki teman di sekolah, selalu menyendiri dan membenci dirinya sendiri.

Anna memilih menyendiri dan selalu menarik diri dari lingkungannya
Ia juga terlihat unik karena memiliki bola mata berwarna biru, dan berambut kecokelatan, berbeda dengan anak-anak Jepang pada umumnya. Anna yang diketahui memiliki penyakit asma ini juga terlihat menarik diri dari keluarganya dan selalu memasang wajah tanpa ekspresi. Hal ini tentu membuat orangtuanya khawatir, meski antara Anna dan orangtuanya tidak memiliki hubungan darah. Melihat hal itu, dokter yang menangani Anna menyarankan agar Anna dikirim ke suatu tempat sehingga cepat sembuh. 

Singkat cerita, Anna dikirim ibu tirinya untuk tinggal bersama paman dan bibi Oiwa, dengan alasan udara di daerah tersebut masih baik dan dipercaya dapat membantu menyembuhkan penyakit asma yang ia derita. Ternyata hal yang dikatakan Paman Oiwa benar, di daerah tersebut terdapat rawa, perbukitan, silo tempat menyimpan pakan ternak yang akhirnya dijadikan tempat uji nyali anak-anak di desa dan pemandangan alam yang indah yang tentunya membuat Anna mendapatkan udara yang (lebih) segar. 

Udara yang segar dipercaya dapat menyembuhkan penyakit asma yang diderita Anna
Anna juga menemukan spot favorit baru untuk menggambar, yaitu di tepi rawa. Dari tempat tersebut Anna bisa melihat sebuah rumah berukuran besar yang terus menarik perhatiannya. Ia bahkan sampai berani mendekati rumah tersebut yang ternyata sudah kosong dan tidak diurus. 

Rumah yang ada di tepi rawa selalu mencuri perhatian Anna
Meski begitu, Anna terus memimpikan rumah itu, termasuk penghuninya, seorang gadis seusia dengan dirinya yang memiliki rambut berwarna blonde dan bola mata berwarna biru. Hingga suatu ketika Anna akhirnya bisa bertemu dengan gadis tersebut, yang diketahui bernama Marnie. 

Marnie saat pertama kali menemui Anna
Marnie meyakinkan Anna bahwa ini bukanlah mimpi, tapi Marnie memohon hubungan antara mereka berdua harus rahasia dan tidak boleh ada yang mengetahuinya. Melihat adegan ini saya jadi ingat peraturan dari Mayhem Project di film Fight Club, “1st rule: You don't ask questions about Project Mayhem. 2nd rule: You don't ask questions about Project Mayhem." 

Hehe.

Dari sini, dimulailah perjalanan persahabatan antara Anna dan Marnie, persahabatan yang jalan kalau Marnie-nya nongol. Soalnya, rumah rawa itu kan sebenarnya sudah kosong, tapi entah kenapa kadang-kadang rumah tersebut rame, ada pesta termasuk ada orangtua Marnie juga. Saya yang nonton film ini malem-malem jadi merinding, jadi membayangkan kalau tiba-tiba Marnie buka topeng, terus keluar makhluk cewek kayak di manga-nya Junji Ito. 


Sosok Marnie yang sangat misterius memancing Anna untuk menyelidikinya lebih jauh. Seiring dengan penyelidikannya kepada sosok Marnie, Anna juga belajar dan semakin mengetahui rahasia di balik kehidupannya yang sebelumnya ia benci. Sosok Marnie membuatnya tersadar bahwa kehidupan tak lagi memuakkan seperti yang ia rasakan sebelumnya, dan ternyata hubungannya dengan Marnie tak lagi sederhana sekadar kasih sayang antara teman. 


Menonton film ini membuat saya makin menyukai film-film dari Studio Ghibli. Film When Marnie Was There yang dibuat tahun 2014 ini tetap mempertahankan gaya serta scoring khas dari Ghibli lengkap cerita yang menyentuh serta dekat dengan kehidupan sehari-hari. Film ini juga bikin saya susah move on seperti setelah saya nonton Spirited Away.

Nah, itu tadi review sedikit dari saya tentang film When Marnie Was There, menurutmu gimana nih? Boleh tulis di kolom komentar ya! (*)

2 komentar:

  1. Wah ini film udah masuk watchlist aku tapi belom sempat nonton huhu. Spirited Away juga aku suka bangetttt. Banyak mufi studio ghibli yang bagus bagus tapi belom ketonton euy :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha ak juga setelah nonton Spirited Away ngga bs move on buat nonton film ghibli yg lain. Smga bisa nonton semuaa!

      Hapus