Cara Delevingne via yoyowallpapers.com
Akhir-akhir ini saya sering membicarakan sesuatu yang looks sepele, misal definisi cantik, cakep, indah, beautiful, jelek dan sebagainya. Mungkin karena kebawa ujian skripsi ya, yang mengharuskan kita untuk tahu dari konsep dasar hingga pengembangannya. Hehe
“Wih, cantik banget! Tuh liat, bibirnya merah segar, pipinya merona, kulitnya putih bangeeeet! Mau banget dong kaya kakak!”
“Wih gile cakep banget, sispek gitu gan bodinya, mana bawanya motor “lakik” gitu, nambah lakik aja !”
Percakapan di atas sering sekali kita jumpai. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Setelah saya amati, yang dimaksud dengan cantik atau cakep adalah mengacu pada model yang sering digunakan pada iklan produk perawatan kulit. Ya, hanya yang kulit putih, tubuh kurus, langsing, tinggi semampai (bukan semeter enggak sampai) yang layak muncul.
Sedihnya, kebanyakan dari kita enggak sadar, bahwa definisi “cantik” itu merupakan hasil konstruksi sosial. Padahal definisi cantik itu enggak dapat diartikan secara alamiah ataupun absolut. Semuanya relatif. Oleh karena itu, berlomba-lombalah (kebanyakan) cewek-cewek biar bisa “cantik”, agardapat mendapatkan perhatian pria yang memiliki konsep dasar "cantik" seperti yang dikumandangkan iklan di televisi. You know? Mulai dari perawatan kulit kelas wahid, hingga yang agak miring ditempuh agar bisa dikatakan "cantik" dan instagramable. Yakali mau posting muka “jelek” di instagram, pasti ujung-ujungnya dijadikan bahan tertawaan dan dijadikan meme, seperti foto yang tempo hari lalu viral, tentang seorang wanita yang menggunakan bedak terlalu tebal hingga warna muka dan lehernya sangat kontras. Entah hummanity kita sedang hilang atau lupa ditempatkan di mana ketika menyebar foto kemudian dibagikan untuk dijadikan bahan cibiran.
Jadi, cantik itu mengikuti iklan, yaitu badan plus muka putih, flawless, enggak ada noda, kerutan, jerawat, luka, dan sebagainya, serta badan yang langsing atau kurus. Lah kalau begitu caranya, orang-orang yang berkulit coklat dan kulit hitam akan merasa tersingkir dong? Tetap saja, orang kulit hitam akan jadi nomor dua, sorry to say, sara banget atau bagaimana, tapi ini realita.
Dan orang yang instagramable, iklanable akan memiliki privilege tersendiri. Berbuat salah juga akan cepat dimaafkan, karena orang luluh dengan paras rupanya, bukan dari bagaimana dia sebenarnya. Kalau enggak percaya, coba lihat video dari Cameron Russell berikut.
"Selama beberapa abad kita telah mengartikan kecantikan bukan sekedar muda, sehat dan simetri yang kita kagumi secara alami, namun juga langsing, tinggi, feminim, dan kulit yang putih. Dan itulah warisan yang dibangun untuk saya dan dengan warisan itulah saya mencari uang."
Padahal yang diciptakan Sang Pencipta itu pasti bermakna, entah itu dianggap cantik, cakep atau enggak, pasti hal itu berguna, dan adaptif! Sebagai contoh nih, kita tinggal di daerah yang suhu udara sangat tinggi, serta intensitas cahaya matahari yang tinggi, enggak mungkin kalau kita punya rambut lurus dan kulit putih. Rambut kita pasti ikal karena lebih tahan menangkal sinar matahari ke kepala kita, serta kulit hitam, karena lebih kuat dibandingkan kulit putih untuk menangkal bahaya kanker kulit karena memiliki pigmen yang lebih banyak. Itu contoh kecilnya.
Jadi, kita tidak perlu lagi merasa minder karena kondisi fisik yang enggak instagramable. Segala apa yang kita punya adalah karya Tuhan Yang Maha Esa.
Bagus tulisannya Mbak Justin. :))
BalasHapusMenurut saya (halah sok baku pake saya), perempuan yang berkulit hitam pun cantik, bagi orang di Afrika sana. Wehehe. Itu semua soal sudut pandang aja, sih. :D
Ya, kayak temen gue yang nganggep orang pake kacamata itu culun, bagi gue malah lucu. :3
kalau menurutku terkadang perlu berdandan cantik ala-ala iklan saat kita sedang deket sama cowok atau beberapa temen baru. disitu nanti buat menilai cowok itu atau teman baru itu maunya deket sama kita yang saat berdandan aja atau yang apa adanya...
BalasHapuskalau ada yang mau menerima kita apa adanya tanpa memandang fisik, jaga bener bener deh mereka.. :)
Aku apa adanya, kok. Eaaa.
Hapus