Menjadi Ekstrovert yang Menyenangkan di Media Sosial

18 comments
Instagram via Pixabay.com

Jika dahulu saya harus berterimakasih kepada Facebook dan Twitter, mungkin sekarang saya harus berterimakasih kepada Instagram. Yeah, Instagram membuat saya mengerti teman saya si A sedang menonton film Logan, teman saya si B sedang makan siang bersama sahabat-sahabatnya, dan teman saya si C dan D sedang asik berdiskusi tentang proses regenerasi sel dalam ilmu biologi yang dihubungkan ke film Logan. Cukup satu klik, saya dapat mengetahui semuanya, dan tentu saja saya harus mau berkorban kuota data yang makin menipis demi melihat aktivitas teman-teman saya.

Saya memulai membuat akun Instagram ketika feeds Instagram masih dihiasi pemandangan alam, oleh karena itu tergerak hati saya untuk mengunggah beberapa jepretan amatir tentang pemandangan alam. Namun beberapa tahun kemudian setelah penggunaan Facebook dan Twitter mulai tergeser oleh Instagram, feeds Instagram menjadi semakin menarik. Ada yang ingin menampilkan kegiatannya sehari-hari, ada yang mengunggah kembali unggahan akun Instagram lain, ada yang menampilkan foto muka sebanyak empat kali dan sebagainya. Saya kesal? Justru tidak. Karena Instagram memiliki fitur follow dan unfollow yang mudah untuk digunakan ketika kita tidak menyukai suatu unggahan foto yang ada di feeds kita. Kalau enggak suka, ya tinggal unfollow, kalau suka ya di-love, kalau mau tetap update ya tinggal klik follow. Mudah!

Setelah Instagram meluncurkan fitur story-nya, saya jadi merasa kembali ke era ajang unjuk gigi seperti masa kejayaan mengunggah status di Facebook. Lewat Instastory saya dapat mengetahui kegiatan teman-teman saya di 24 jam terakhir. Ada yang hanya mengunggah tulisan,"Ngantuk :(", dan ada juga yang mengunggah rekaman video ketika akan menonton film bersama, makan siang bersama, dan sebagainya.

Yang menjadi ganjalan di hati saya adalah, ketika penggunaan Instagram berujung menyakiti orang lain. Seperti ketika kita mengunggah suatu foto tentang teman kita, namun dengan tanpa permisi atau tanpa persetujuan teman kita, apakah kita tetap tega untuk mengunggahnya? Contoh lain lagi, ketika kita menonton film di bioskop, apakah layak jika kita merekam adegan film tersebut kemudian diunggah di Instastory atau Live di Instagram?

Selain konten yang berujung menyakiti orang lain, kita sebaiknya juga sadar bahwa sesuatu yang sudah kita bagikan ke media sosial, entah sudah menerapkan private mode atau tidak, konten tersebut akan selamanya ada. Entah media sosial yang kita gunakan menerapkan konten yang dapat hilang dalam waktu 24 jam seperti di Instastory atau tidak, konten yang kita unggah akan selamanya ada. Selain itu, akan selalu ada orang yang terobsesi dengan kita. Semua informasi tentang kita adalah harta karun yang berharga bagi orang tersebut.
Tanpa kamu sadari, selalu ada orang yang mengawasi kamu..
Persoalan privasi dari penggunaan Instagram sepertinya masih kabur atau kurang kita pahami. Jadi kitalah sebagai penggunanya yang seharusnya lebih bijak dalam menggunakannya. Because your world is in your hand.

18 komentar:

  1. Nice article, Just!
    Btw thanks buat referencenya. Hehe

    BalasHapus
  2. Btw, emang instastory ini bener bener menarik kok. Karena orang mengunggah sesuatu disana (apalagi video) mereka suka tidak pikir panjang. Asal upload aja. Bagi orang yg suka kepo ini sesuatu yg sangat berharga, kamu bisa dengan mudah dapat informasi lebih dengan sedikit berdeduksi dan explore. I meam kayak, A sedang makan dengan B, A mengunggah instastory, tp kamu penasaran dia makan dimana, cek instagram si B, dia unggah instastory juga, ternyata dia makan sama C juga, cek instastory C,"gotcha" dia cantumin location di instastorynya. Haha

    BalasHapus
  3. Dan sekarang WA juga udah punya story nya. Buat apaa??:((

    BalasHapus
  4. Duh jus.. Kok niatmen tho ndeloki instastory. Aku hlo instagram tak uninstal demi HOOQ. Nek meh ngupload, instal sik. Rampung kui unin neh. Piye caraku nggo ig? Makrifat sekali kan? #TerselipJokeInternalnyaInternal

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak, kui gak makrifat tapi madhorot! hahaha eaa jokesmu segmented sekali ham haha

      Hapus
  5. instastory dan instagram itu apa kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. oiyaaak lupa enggak tak jelasin hehe makasiii

      Hapus
  6. Padahal tulisannya singkat, tapi padet. Gue masih kurang paham sama FEED di IG itu yang mana, apa sama kaya timeline di twitter? *anak IG baru turun gunung*

    Terkait privasi, yang belum dimengerti, sebenernya bukan cuma IG sih, segala bentuk upload- kebanyakan masih ga didasari dengan pehamanan tentang privasi.

    BalasHapus
  7. Hapeku berarti jelek ya, soalnya nggak ada tuh Instalive ataupun Instastory. Wqwq. :))
    Sejauh ini IG cuma buat menyalurkan hobi motret. Jadi, alhamdulillah jarang banget yang namanya selfie. Ehehe.

    Terus sekarang IG feed pada dibuat rapi gitu, ya. Supaya memiliki estetika~

    BalasHapus
  8. ah, instastory saya cuam menampilkan si akbar yoga numpahin minuman di kaefsi, apa itu melangar privasi juga yah?

    apalagi yg ngerekam film di bioskop :')

    BalasHapus
  9. enggak main instagram. tapi cukup terhibur dengan kejadian-kejadian di instagram. yha ((((kejadian))))
    dan sekarang semua trennya lagi instagramsentris ya. wasap, path, twitter, facebook, semua ada story dan live nya haha

    BalasHapus
  10. instastory emang cocok banget utk org yang ekstrovert, media ekstrovert berekspresi

    BalasHapus
  11. Sampe sekarang masih nyoba biar feed instagram rapi dan enak diliat. Kalo yg insta story gitu, ga ada yg kepo juga sih. Isinya paling kabar bola jg sih ehe.

    Beruntungnya temen tongkrongan ga update insta story pas lgi kumpul. Biar candaan ini hanya untuk circle kecil ini aja lah,yg lain ga ush tau.

    BalasHapus